Senin, 05 Desember 2011

Ayah Adalah Bintangku

           Dari  banyaknya bintang di langit malam, aku selalu melihat satu bintang yg paling terang dari bintang yg lain. Bintang itu sama seperti Ayah yang selalu bersinar di setiap harinya. Ayah adalah lelaki berumur setengah abad yang sangat aku kagumi. Sudah banyak yg di lakukan Ayah untuk menghidupi dan membangun keluarga, walaupun itu tanpa seorang Ibu di samping Ayah.
            Setelah Ibu meninggalkan rumah tanpa alasan yang jelas, Ayah pun belum bisa mengatur isi rumah. Tapi Ayah tidak pernah menyerah untuk belajar menjadi pemimpin dan bapak rumah tangga. Hari demi hari, Ayah semakin lihai mengerjakan pekerjaan Ibu. Dan tentunya di bantu oleh Aku, anak semata wayang Ayah.
            Dua tahun berlalu tanpa adanya Ibu, Ayah terlihat lelah dan kurus. Aku semakin tidak tega melihat Ayah. Terkadang terlintas dalam benakku untuk mencari Ibu baru untuk Ayah. Tapi itu tidak mungkin, Ayah sangat mencintai Ibu. Pikiran Ayah kepada ibu sangat kuat, hingga Ayah jatuh sakit. Ayah tidak bisa berjalan sperti biasanya. Ayah tidak bisa bekerja, masak dan mengantarku ke sekolah.
            Sekarang, giliran aku yang mengurus Ayah dirumah. Aku selalu menyemangati Ayah untuk sembuh. Semangat dan rasa cintaku terhadap Ayah menyembuhkan rasa sakit di kaki Ayah. Ayah sudah bisa mengantarku ke sekolah, bekerja dan masak. Walaupun, kaki Ayah masih suka terasa sakit. Tapi aku senang Ayah bisa sembuh.
            Tersenyum melihat Ayah yang sudah kembali seperti biasa. Aku pun bertekad untuk mengisi hari-hari Ayah yg hampa tanpa Ibu, dengan menghibur Ayah di saat Ayah lelah dan membantu Ayah mengerjakan pekerjaan rumah.
            Aku tidak sengaja menemukan selembar kertas di tumpukkan baju Ayah. Air mataku jatuh, air mataku tidak bisa berhenti melihat isi dari kertas itu.
            Isi Surat Ayah:
“Saya sayang anak Saya. Saya harus bisa bangkit kembali. Saya adalah seorang Ayah dan Ibu untuk anak Saya. Saya tidak boleh terus menerus larut dalam kesedihan. Sampai akhir hayat Saya, Saya akan selalu mencintaimu dan anak kita.”
Aku membalas surat Ayah:
“Aku akan selalu ada di samping Ayah. Aku akan selalu menyemangati dan menghibur Ayah jika Ayah sedang sedih. Ayah adalah bintang yang paling terang di langit malam. Aku sayang Ayah dan Ibu. Aku akan membuat kalian bangga.”
Aku sangat senang susu hangat buatan Ayah. Setiap malam Ayah selalu membuatkannya untukku. Tapi mala mini Ayah tidak membuatnya. Aku kepikiran Ayah.
“Ada apa dengan Ayah? Apa kaki Ayah kambuh lagi sakitnya?” Tanyaku dalam hati dengan semas.
Karena aku sangat khawatir dengan Ayah, maka aku mencoba menghampiri Ayah di kamarnya. Aku takut Ayah tidak bisa jalan lagi. Sesampai di kamar Ayah, ternyata Ayah sedang duduk di kursi samping tempat tidurnya. Sambil memegang surat yang tadi aku tulis Ayah melihat ke arahku, lalu berjalan menghampiriku dengan wajah sedih.
“Ayah akan selalu menjaga anak Ayah sampai Ayah tidak mampu lagi untuk menjagamu.” Kata Ayah sambil menangis dan memelukku dengan erat.
“Kita bisa lalui semua ini berdua ya, Ayah..” Semangatku dengan air mata membasahi baju Ayah.
            Terima kasih Ayah, aku sangat mencintai Ayah. Jika ada hari Ayah di dunia ini, hari Ayah itu tidak akan bisa menggantikan hari ini dan lain-lainku bersama Ayah. Dan menurutku setiap hari adalah Hari Ayah. Aku Sayang Ayah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar